Widget HTML #1

Sejarah Singkat MAHAPEKA

Sejarah-Singkat-MAHAPEKA


Gunung Hutan - Sejarah Singkat MAHAPEKA, bahwa sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan alam semesta dengan segala isinya bagi manusia yang disimpan sebagai kholifah di muka dan agar mereka memakmurkannya bagi kesejahteraan umat.

Dengan kemurahan dan kasih-sayang-Nya Allah SWT telah menurunkan Islam dengan seperangkat ajaran yang merupakan segala perilaku dan kehidupan yang sangat ideal bagi setiap umat manusia, sehingga menjadikan dirinya sebagai khalifah bagi semua alam.

Sejarah Mahapeka

MAHAPEKA atau Mahasiswa Pencinta Kelestarian Alam pertama kali didirikan pada tanggal 07 Maret 1984 M, bertepatan dengan tanggal 4 Jumadil Akhir 1404 H, di Bandung, yang berawal dari keinginan untuk dapat berkumpul dan berkelompok dengan orang-orang yang memiliki hoby yang sama dan tujuan yang boleh jadi juga mirip sama.

Keinginan atau hasrat tersebut selain karena hoby petualangan, juga terdorong oleh kenyataan kondisi kampus (saat itu) yang memang sudah saatnya memiliki orang-orang yang sadar dan peduli pada lingkungan sekitar, khususnya lingkungan kampus. 

Dan ketika itulah timbul suatu gagasan untuk memformulasikan hasrat tersebut dalam suatu wadah yang konstruktif dan terorganisir.

Menyadari akan hal itu, maka beberapa gelintir Mahasiswa IAIN Sunan Gunung Djati memprakarsai untuk membentuk suatu kelompok, yang pada waktu kemudian berdirilah organisasi yang ber-notabene Pencinta Alam. 

Pada saat itulah (7 Maret 1984) lahir embrio organisasi pencinta alam, yang sampai saat ini menamakan diri MAHAPEKA.

Yaitu: Drs. Sujana Sulaiman (Papah), Drs. Asep Saeful Muhtadi (Kang Samuh), Drs. Kafil, yang kemudian ketiga orang ini disebut Dewan Pendiri MAHAPEKA. Namun untuk Sdr. Kafil, pada tanggal 10 November 1987 status keanggotaannya dicabut, karena dianggap telah mencemarkan nama baik Mahapeka.

Pada awalnya MAHAPEKA melakukan kegiatan-kegiatan berupa perambahan hutan dan penjelajahan gunung-gunung, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kebersihan dan penghijauan di lingkungan kampus.

Kondisi kampus (saat itu) yang dirasa masih sangat gersang dan belum tertata rapih, membangkitkan rasa tanggung jawab MAHAPEKA untuk segera merubahnya dan menatanya. Karenanya MAHAPEKA menempatkan Penghijauan ini sebagai kegiatan wajib MAHAPEKA. Wajib dalam arti bahwa Penghijauan Kampus ini mesti dilaksanakan oleh setiap periode kepengurusan.

Pada mulanya kegiatan penghijauan ini dilaksanakan hanaya sebatas penanaman pohon-pohon perindang di tempat-tempat yang dianggap kosong. Namun karena pohon-pohon itu pada akhirnya banyak yang hancur (karena penanamannya tidak disesuaikan dengan maket pengembangan IAIN), maka setelah bekerja sama dengan lembaga/IAIN, penanaman pohon itu disesuaikan dengan maket yang sudah ada. Dan sejak itulah penanaman pohon dilakukan secara besar-besaran, yakni dengan menanam 130 pohon dalam suatu kegiatan yang diberi nama Pekan Penghijauan Kampus.

Kemudian setelah itu, MAHAPEKA tak henti-hentinya dan tak mengenal putus asa melakukan penghijauan (meskipun pada akhirnya selalu hancur oleh tangan-tangan yang tak bertanggung jawab). Setiap tahun MAHAPEKA selalu mengadakan penghijauan/penanaman pohon, bahkan mulai tahun 1994 MAHAPEKA melakukannya, buka hanya sebatas penanaman pohon saja melainkan sekaligus penataannya. Dan demi lancarnya kegiatan tersebut, MAHAPEKA melakukannya dalam suatu kegiatan yang diberi nama Penghijauan dan Penataan Lingkungan Kampus (P2LK) dengan motto: IAIN Bersiasah; Bersih, Indah, Asri, Alami dan Harum Berbunga.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat menumbuhkan, membangkitkan dan menyadarkan masyarakat kampus (khususnya) terhadap pentingnya kelestarian alam. Sehingga nantinya mudah-mudahan akan tercipta lingkungan kampus yang bersih, indah, asri, alami dan berbunga.

Karena itu program/rencana kerja (saat itu) difokuskan untuk menghimpun anggota secara kuantitatif dan tanpa seleksi. 

Artinya para Dewan Pendiri saat itu berfikir bagaimana agar MAHAPEKA ini bisa menjelma dari embrio organisasi menjadi suatu organisasi yang mampu lahir dengan jati dirinya.

Selang beberapa saat (atau mungkin sampai sekarang) setelah berdirinya MAHAPEKA, anggapan negatif atau paling tidak perasaan khawatir yang dialamatkan kepada MAHAPEKA bermunculan dimana-mana. 

Hal ini terjadi karena kegiatan merambah rimba dan gunung seringkali dipersepsikan kurang tepat oleh masyarakat kampus khususnya atau juga masyarakat luas pada umumnya.

Namun demikian, terhadap hal tersebut MAHAPEKA selalu menganggap wajar, sebab manusia biasanya hanya mampu berbicara tentang sesuatu sebatas pengalaman yang dialaminya. 

Bagi orang-orang yang belum pernah melakukan perjalanan malam hari misalnya, mereka akan mempersepsikan dengan salah hampir semua aspek kegiatan perjalanan tersebut.

Rupanya memang dalam hidup kemasyarakatan dengan berbagai corak hoby dan kecenderungan manusia, maka kedewasaan sikap dan cara pandang rupanya merupakan sesuatu yang paling baik. 

Artinya patut difahami bahwa ternyata manusia memiliki potensi-potensi yang berlainan dengan cara merefleksikan kecenderungan pada diri masing-masing juga dengan cara yang amat berlainan.

Seperti halnya MAHAPEKA, dalam merefleksikan kegiatan-kegiatannya MAHAPEKA mencoba menjadikan alam terbuka sebagai arena Dakwah disamping sebagai tempat bertafakur

Melalui alam terbuka, MAHAPEKA mencoba merealisasikan ayat-ayat Allah yang menyebutkan bahwa Manusia itu diciptakan sebagai khalifah fil ardh (al-Baqarah:30, Saad:26) dan Sebagai pemakmur bumi (Hud:61).

Dengan landasan ini, alur dan gerak MAHAPEKA yang kian lama kian menampakkan perubahan-perubahan, diharapkan menempati klasifikasi organisasi yang mapan dan dewasa serta mampu menjadikan organisasi sebagai kumpulan orang-orang yang merasa mempunyai tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi dan mampu mepergunakan kepercayaan-Nya untuk direalisasikan dalam bentuk kehidupan sehari-hari. 

Dengan berpijak pada landasan tersebut, mulailah MAHAPEKA mencoba melangkahkan kaki-kakinya yang kekar dan berusaha melontarkan ide-idenya yang cemerlang (pada saat itu) seperti merekayasa kondisi lingkungan kampus yang pada saat itu masih tak tertata rapih.

Seiring berjalannya waktu, kegiatan MAHAPEKA juga bertambah dengan melakukan suatu upaya peningkatan kualitas keterampilan anggota dan perluasan wawasan pikir mereka, yaitu dengan mengadakan Latsar/ Diklatsar

Sejak awal berdirinya MAHAPEKA sampai Angkatan Ke-4 (Cakra Ego - 1988) pendidikan untuk anggota baru disebut LATSAR (Latihan Dasar). Dan mulai Angkatan Ke-5 (Kelana Sejiwa - 1989) sampai sekarang, pendidikan untuk anggota baru itu disebut DIKLATSAR (Pendidikan dan Latihan Dasar).

Perlu diketahui, bahwa mulai Diklatsar Angkatan V inilah MAHAPEKA mengadakan penerimaan anggota baru yang pesertanya dari IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, Cirebon, dan Serang.

Kegiatan ini selain merupakan wahana untuk mengenalkan MAHAPEKA kepada anggota barunya, juga merupakan suatu jenjang yang harus diikuti oleh setiap orang (Mahasiswa) yang ingin menjadi anggota MAHAPEKA. 

Pada awal dekade 86-an, tepatnya setelah diadakannya Musyawarah Anggota (Musang) I, yakni tanggal 7 Maret 1986, program kegiatan yang dilaksanakan bukan hanya seperti tersebut di atas, tetapi mulai larut dalam kegiatan yang sifatnya melibatkan masyarakat luar kampus, seperti:

  • Diadakannya PL2M "KACA", yang melibatkan siswa-siswi SLTA yang ada di Jawa Barat.

PL2M "KACA" adalah kegiatan berkala MAHAPEKA yang dilaksanakan setiap 2 tahun sekali. PL2M adalah bentuk kegiatannya, yakni PL2M I (Pameran dan Lomba Lintas Medan). Sedangkan PL2M II, III, dan IV adalah Penghijauan dan Lomba Lintas Medan. Sedangkan KACA atau Kenal Alam Cinta Alam adalah nama dari kegiatan tersebut.

  • Penelusuran Sungai Citarum, Ekspedisi Rakit MAHAPEKA 88 dari Majalaya sampai Waduk Jatiluhur Purwakarta.

Ekspedisi Rakit MAHAPEKA 88 dilaksanakan dengan maksud, disamping sebagai olahraga petualangan, juga dilaksanakan pada tanggal 2 - 17 Agustus 1988 dari Majalaya sampai Waduk Jatiluhur Purwakarta, dengan rute sebagai berikut:

  • Rute I   : Majalaya (Bandung) - Waduk Saguling.
  • Rute II  : Waduk Saguling - Perbatasan Waduk Cirata
  • Rute III : Waduk Cirata - Waduk Jatiluhur Purwakarta.

Kemudian setelah itu, MAHAPEKA selalu membuat manuver-manuver dan terus melangkah ke arah yang lebih jauh. 

Berbagai kegiatan selalu gencar dilaksanakan, mulai dari kegiatan yang sifatnya rutin (yakni tata kampus dan rambah hutan) juga kegiatan-kegiatan yang sifatnya sebagai pengembangan minat dan bakat, yaitu:

  • Mountaineering. 
  • Peningkatan kualitas anggota (seperti pengiriman "Duta" MAHAPEKA untuk mengikuti pendidikan kepencintaalaman ke jenjang yang lebih tinggi, misalnya mengirimkan anggota untuk mengikuti Pendidikan SAR Tingkat Nasional, dsb).
  • Mengadakan Ekspedisi Pemanjatan (seperti Ekspedisi Tebing Anjung di Kabupaten Sumedang).

Dan juga sampai pada kegiatan yang sifatnya kejuaraan, seperti mengikuti Kejuaraan Panjat Dinding Buatan, dsb.

Selain dari pada itu, MAHAPEKA juga berupaya melakukan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat kemasyarakatan/ pengabdian kepada masyarakat (dalam bentuk pembinaan maupun pengabdian), diantaranya adalah:

  • Bakti Sosial dan Penyuluhan Lingkungan Hidup (BPLH).

Dalam PLH/ Baksos dan PLH setiap anggota ditempa untuk mampu mengembangkan daya fikir, daya nalar sekaligus daya jihad nya. Karena disana dituntut untuk memahami masyarakat yang mengisolirkan diri (dan memang terisolir) serta terbelakang, yang mengharapkan sumbangan pemikiran kita sebagai insan muslim, baik keikhlasan dalam beramal maupun keikhlasan dalam berlaku, yang pada akhirnya meminta kita untuk memahami apa sebenarnya makna dan tujuan dari hidup ini.

  • Pendidikan dan Pembinaan Kader Remaja Islam (P2KRI) Baduy.

Setelah tiga tahun berjalan, tepatnya setiap bulan Agustus yang dimulai pada tahun 1989, MAHAPEKA biasa mengadakan Baksos & PLH di lokasi Baduy Pemukiman. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, maka dalam rangka mempersiapkan kader-kader penerus di sana (khususnya), MAHAPEKA mengadakan P2KRI, dengan sasaran utamanya adalah mempersiapkan dan mencetak calon-calon kader pembangunan yang bisa diharapkan. Tentu saja kristalisasi dari pola pengkaderan ini, warga Baduy Pemukiman diharapkan dapat berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara.

  • Membentuk dan membina kelompok-kelompok pencinta alam di tingkat SLTA, sekaligus memotivasi siswa-siswi SLTA dalam menumbuhkan kecintaan terhadap alam.
  • Mengadakan Pameran Kepencintaalaman.
  • Mengadakan hubungan kerja sama dengan kelompok-kelompok pencinta alam lainnya.
  • Turut serta dalam Penghijauan beberapa gunung di Jawa Barat.
  • Turut serta dalam penanggulangan bencana alam (seperti bencana Gunung Merapi, Gempa Kerinci, dsb).
  • Ikut membantu Tim SAR dalam pencarian orang-rang yang hilang di gunung atau kecelakaan di alam bebas.

Semua kegiatan-kegiatan tersebut di atas semata-mata dilakukan mengingat bahwa MAHAPEKA adalah bagian dari masyarakat secara keseluruhan. 

Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan juga dimaksudkan untuk lebih memberikan makna hidup bagi setiap Anggota MAHAPEKA.

[Uwa, M 8804 054 CE ]

Lambang MAHAPEKA

Sejarah-Singkat-MAHAPEKA
Lambang MAHAPEKA

Pencipta Lambang

Drs. Sujana Sulaiman (Kang Papah)

Makna Lambang

Bentuk

  1. Pohon berdaun 7 (tujuh), sama dengan tanggal 7, dan melambangkan tanggal kelahiran.
  2. 3 (tiga) buah puncak gunung, sama dengan bulan ketiga (bulan Maret), dan melambangkan bulan kelahiran.
  3. Delapan penjuru arah mata angin, sama dengan angka 8 (delapan) dan,
  4. Persegi empat sama dengan angka 4 (empat),
  5. Pengertian dari point 1 sampai 4 adalah menunjukkan tanggal 7 Maret 1984, yaitu kelahiran MAHAPEKA.

Warna

  1. Biru. Sebagaimana warna daun dan warna dasar variasi berbentuk segi empat, sebelah atas puncak gunung, berarti menggambarkan langit dan lautan yang mengelilingi kepulauan Indonesia serta merupakan kesatuan wawasan nusantara.
  2. Hijau. Sebagaimana warna dasar puncak gunung, berarti melambangkan kelestarian alam.
  3. Kuning. Sebagaimana warna dasar arah mata angin, berarti melambangkan keindahan.
  4. Putih. Sebagaimana warna dasar perisai segi empat sebelah bawah puncak gunung, berarti melambangkan kemurnian dan kesucian perjuangan MAHAPEKA.

Penggunaan Lambang

Lambang digunakan pada:

  1. Bendera MAHAPEKA.
  2. Slayer MAHAPEKA.
  3. Kop Surat.
  4. Stempel.
  5. Spanduk.
  6. Hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan MAHAPEKA.

Ukuran lambang disesuaikan dengan wadah penggunaannya.

Bendera

Bendera Mahapeka

Sejarah-Singkat-MAHAPEKA
Bendera MAHAPEKA

Pencipta: Drs. Sujana Sulaiman (Kang Papah).

Ukuran: Panjang sisi = 90 Cm (bujur sangkar).

Warna Dasar: Hijau Muda.

Isi: Lambang MAHAPEKA terletak dibagian tengah dengan perbandingan sama.

Penggunaan:

  • Bendera digunakan pada upacara-upacara resmi organisasi baik intern maupun ekstern dan upacara yang bersifat nasional.
  • Penempatan diletakkan didepan tempat upacara sebelah kiri bendera kebangsaan RI/ kampus.

Bendera Lapangan

Sejarah-Singkat-MAHAPEKA
Bendera Lapangan

Bentuk: Segitiga sama kaki.

Warna dasar: Orange.

Isi: Lambang dan tulisan MAHAPEKA.

Motto

BIARKAN KAMI BERKIPRAH DENGAN CARA KAMI SENDIRI

Hakekat Mahapeka

  1. Mahapeka itu sahabat sesama manusia dan saudara bagi tiap-tiap Mahapeka lainnya.
  2. Mahapeka itu sabar dan gembira.
  3. Mahapeka itu menolong sesama hidup.
  4. Mahapeka itu terbuka jujur dan ikhlas dalam berbakti.
  5. Mahapeka itu berjiwa Petualang.
  6. Mahapeka itu mencintai kelestarian alam.

Janji Mahapeka

Kami Mahasiswa Pencinta Kelestarian Alam (MAHAPEKA) IAIN Sunan Gunung Djati menyatakan untuk bersungguh-sungguh:

  1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Tanah Air.
  2. Berjiwa patriot, berani berkorban demi keadilan dan kebenaran.
  3. Menjunjung tinggi nama baik dan derajat Mahapeka serta mentaati segala peraturannya.
  4. Bertindak sopan dan hormat terhadap sesama manusia dan setia kawan terhadap sesama anggota.
  5. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam secara bertanggung jawab.

Keanggotaan

Anggota MAHAPEKA Bandung terdiri dari:

  1. Anggota Muda. Peserta Diklatsar Mahapeka dan dinyatakan lulus.
  2. Anggota Biasa. Anggota Muda yang telah mendapatkan Nomor Anggota Mahapeka.
  3. Anggota Luar Biasa. Anggota yang diangkat oleh Pengurus karena memiliki keahlian dan telah berjasa terhadapa Mahapeka Bandung.
  4. Anggota Kehormatan. Anggota Mahapeka Bandung yang telah mencapai gelar akademik (S1).

Daftar Nama Angkatan MAHAPEKA

Berikut di bawah ini adalah daftar dari nama angkatan Mahapeka:

  1. Dewan Pendiri (1984)
  2. Angkatan I, Tanpa Nama (1985)
  3. Angkatan II, Pacet Bukit Tunggul (1986)
  4. Angkatan III, Limus Manglayang (1987)
  5. Angkatan IV, Cakra Ego (1988)
  6. Angkatan V, Kelana Sejiwa (1989/1990)
  7. Angkatan VI, Tuyul Oren (1990/1991)
  8. Angkatan VII, Telaga Edelweis (1992)
  9. Angkatan VIII, Champ Lion (1993)
  10. Angkatan IX, Tapak Rimba (1994)
  11. Angkatan X, Halimun Giri (1994)
  12. Angkatan XI, Kabut Ranca (1996)
  13. Angkatan XII, Tampar Badai (1997)
  14. Angkatan XIII, Saba Leuweung (1998)
  15. Angkatan XIV, Macan Tebing (1999)
  16. Angkatan XV, Kalong Air (2000)
  17. Angkatan XVI, Wana Bayu
  18. Angkatan XVII, Lembah Sondari
  19. Angkatan XVIII, Goa Curam
  20. Angkatan XIX, Kabut Banyu
  21. Angkatan XX, Leuweung Ranca
  22. Angkatan XXI, Andong Manik
  23. Angkatan XXII, Jalak Ranca
  24. Angkatan XXIII, Jagad Kelana
  25. Angkatan XXIV, Badai Gerhana
  26. Angkatan XXV, Lembah Banyu
  27. Angkatan XXVI, Bara Belantara
  28. Angkatan XXVII, Kabut Tebing
  29. Angkatan XXVIII, Chandra Surya
  30. Angkatan XXIX, Sitara Belantara
  31. Angkatan XXX, Saba Purnama
  32. Angkatan XXXI, Banyu Sagara
  33. Angkatan XXXII, Prakampa Grahana
  34. Angkatan XXXIII, Askara Danadyaksa
  35. Angkatan XXXIV, Arga Sadhawira
  36. Angkatan XXXV, Gama Purnama
  37. Angkatan XXXVI, Chandrakanti Natya
  38. Angkatan XXXVII, Saptadasa Dirandra


Demikian informasi mengenai Sejarah Singkat MAHAPEKA yang dapat Admin sampaikan, semoga dapat bermanfaat.

Salam Lestari!


M 9712 140 TB

Post a Comment for "Sejarah Singkat MAHAPEKA"