Hari Keanekaragaman Hayati Dunia

Table of Contents

Hari-Keanekaragaman-Hayati-Dunia

Tanggal 22 Mei, diperingati sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Dunia, atau International Day for Biological Diversity. Hari Internasional untuk Keanekaragaman Hayati (The International Day for Biological Diversity) diperingati pertama kali pada tanggal 29 Desember 1993 berdasarkan penetapan Komite Kedua Majlis Umum PBB pada tahun 1993.

Penetapan tanggal 29 Desember sebagai Hari Keanekaragaman Sedunia bertepatan dengan pelaksanaan Konvensi Tentang Kenaekaragaman Hayati (COP- Convention on Biological Diversity).

Sebelumnya, selama 7 tahun sejak ditetapkan pada tahun 1993, hari Keanekaragaman Hayati diperingati pada tanggal 29 Desember yang dilatarbelakangi oleh konferensi PBB mengenai Pembangunan dan Lingkungan, yaitu “The Earth Summit” di Rio de Janeiro, Brazil.

Namun pada Desember 2000, PBB mengadopsi tanggal 22 Mei sebagai Hari Internasional untuk Keanekaragaman Hayati (The International Day for Biological Diversity). Hal ini berkaitan dengan banyaknya negara yang kesulitan untuk merencanakan dan melaksanakan Hari Internasional untuk Keanekaragaman Hayati pada tanggal 29 Desember mengingat bertepatan dengan liburan akhir tahun.

Tanggal 22 Mei 1992 merupakan tanggal pengesahan Teks Kesepakatan Keanekaragaman (Nairobi Final Act of the Conference for the Adoption of the Agreed Text of the Convention on Biological Diversity). Pertemuan di Nairobi, Kenya yang berlangsung pada tanggal 11-22 Mei 1992 merupakan pertemuan terakhir sebelum pelaksanaan United Nations Conference on Environment and Development (3-14 Juni 1992) yang menghasilkan UN Convention on Biological Diversity (Konvensi Keanekaragaman Hayati).

Sejak tahun 2000, Hari Keanekaragaman Hayati diperingati setiap tanggal 22 Mei untuk memperingati adopsi Konvensi pada tanggal 22 Mei 1992 di Nairobi, Kenya.

Setiap tahunnya, Hari Keanekaragaman Hayati Dunia mengusung tema berbeda yang ditentukan oleh pihak sekretariat PBB dalam upaya mengangkat isu spesifik terkait dengan keanekaragaman hayati.

Tak dapat dipungkiri keberadaan keanekaragaman hayati merupakan suatu hal yang esensial bagi kehidupan di bumi yang secara alami disediakan oleh ekosistem. Keanekaragaman hayati mengambil peran penting dalam proses evolusi serta terpeliharanya keseimbangan ekosistem dan sistem kehidupan biosfer. 

Eksistensi keanekaragaman hayati juga memiliki banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia diantaranya sebagai sumber pangan, sumber pendapatan/devisa dan sebagai sumber plasma nutfah

Maka sudah sepatutnya memberikan perhatian lebih terhadap isu terkait yang kerap kali terabaikan. Salah satunya yaitu tingkat kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity loss) yang semakin tinggi dalam beberapa dekade terakhir.

Di Indonesia sendiri sebagai negara yang beriklim tropis, dikenal sebagai negara megadiversity yang kaya akan keanekaragaman hayati. Baik keanekaragaman habitat, ekosistem darat maupun ekosistem perairan dengan lebih dari 25.000 jenis flora dan 220.000 jenis fauna tumbuh dan berkembang biak di Indonesia. 

Meskipun dikenal sebagai negara dengan kekayaan flora, fauna dan mikroorganisme, namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan era globalisasi, jumlah keanekaragaman hayati terus mengalami pengurangan dan kehilangan yang nyata perlahan demi perlahan.

Sungguh sebuah ironi jika berkaca pada realita yang terjadi saat ini. Pemanfaatan keanekaragaman hayati lebih mengarah pada eksploitasi dengan orientasi keuntungan ekonomis yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan. 

Semakin banyak habitat makhluk hidup yang hilang akibat pembangunan yang tidak berkelanjutan. Terlebih produksi polutan yang semakin tinggi akibat industrialisasi membawa dampak negatif bagi kehidupan diantaranya intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi semakin meningkat, berkurangnya biomassa fitoplankton di lautan sehingga berdampak pada terganggunya keseimbangan rantai makanan organisme serta dikhawatirkan membentuk hujan asam yang akan merusak ekosistem.

Konservasi keanekaragaman hayati merupakan kepedulian bersama seluruh umat manusia dan negara pada khususnya yang berhak berdaulat atas sumber daya hayatinya. Dengan tekad dan komitmen untuk mengadopsi, mengadaptasi serta meningkatkan apresiasi dan kesadaran akan keberlanjutan keanekaragaman hayati, mari melindungi ekosistem yang semakin rentan tergerus oleh era globalisasi demi keberlanjutan generasi sekarang dan yang akan datang.

Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati

1. Hilangnya Habitat

Daftar Merah IUCN (Internasional Union for Conservation of Nature) menunjukkan bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan dari manajemen pertanian dan hutan yang tidak berkelanjutan yang menjadi penyebab terbesar dari hilangnya keanekaragaman hayati. 

Jumlah penduduk yang semakin bertambah menyebabkan semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Sedangkan lahan yang tersedia bagi hewan dan tumbuhan semakin sempit yang digunakan sebagai tempat tinggal penduduk, dibabak untuk lahan pertanian atau dijadikan lahan industri. 

2. Pencemaran Tanah, Udara, dan Air

Zat pencermar (polutan) merupakan produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Polutan mencemari air, udara, dan tanah. Polutan berbahaya bagi organisme. 

Nitrogen dan sulfur oksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor yang jika bereaksi dengan air maka membentuk hujan asam yang merupakan hujan yang merusak ekosistem. Berlebihan menggunaan chloro fluoro carbon (CFC) menyebabkan lapisan ozon yang terdapat di atmosfer berlubang. 

Dampak dari masalah tersebut adalah intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi semakin meningkat yang mengakitbakan berbagai masalah-masalah seperti berkurangnya biomassa fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan dari rantai makanan organisme. 

3. Perubahan Iklim

Sebagian penyebab dari perubahan Iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon dioksida (CO2) yang dapat menyebabkan efek rumah kaca. 

Menurut pendapat Raven (1995), efek rumah kaca yang meningkatkan suhu udara 1-3 C dengan jangka waktu sekitar 100 tahun. Kenaikan suhu tersebut menyebabkan es dikutub akan mencair dan menyebabkan kenaikan permukaan sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan fungsi ekosistem lautan. 

4. Eksploitasi Tanaman dan Hewan 

Eksploitasi tumbuhan dan hewan secara berlebihan biasanya untuk komoditas yang nilai ekonomi tinggi, seperti kayu hutan untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang berharga mahal dan banyak diminati, namun hal ini mengakibatkan efek negatif bagi kepunahan spesies, apalagi tidak diimbangi dengan usaha pengembangbiakkannya. 

5. Adanya Spesies Pendatang

Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang sebenarnya merupakan spesies penting dan langka yang terdapat didaerah tersebut. Sebagian spesies asing tersebut dapat menjadi invasif dengan menguasai ekosistem. 

Contohnya ikan pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) merupakan spesies endemik Danau Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah karena dimangsa oleh ikan mas (Cyprinus carpio) yang dibawa dari jepang dan menjadi spesies yang invasif di danau tersebut. 

6. Industrilisasi Pertanian dan Hutan

Umumnya para petani menanam tumbuhan atau memelihara hewan yang sifatnya unggul dan menguntunkan, sedangkan bagi tumbuhan dan hewan yang kurang unggul dan kurang menguntungkan akan disingkirkan. 

Selain dari itu, jika suatu lahan pertanian atau hutan industri umumnya hanya ditanami oleh satu jenis tanaman (monokultur), seperti karet, teh, dan kopi. Dampaknya akan menurunkan keanekaragaman hayati tingkat spesies.

Tujuan Peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Dunia

Tujuan peringatan Hari Keanekaragaman Hayati adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran serta menumbuhkan kecintaan terhadap keanekaragaman hayati atau biodiversitas di bumi.

Tanggal 22 Mei sebagai Hari Keanekaragaman Hayati ini disepakati oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran terkait dengan isu keanekaragaman hayati.

Video dari Greenpeace Indonesia di bawah ini, mungkin bisa sekedar mengingatkan, satu batas bagi Indonesia untuk menikmati kekayaan hayati yang tak bisa diganti…

Hutan Indonesia kaya dengan berbagai keanekaragaman hayati yang tidak semua negara miliki, dan karena itu kita harus bangga terhadapnya, dan beraksi untuk menyelamatkannya, karena hutan Indonesia 100% milik kita, untuk kita, dan harus kita jaga untuk generasi penerus kita.

Indonesia, adalah salah satu negara dengan kekayaan hayati tertinggi di dunia. Sesuatu yang bisa kita banggakan saat ini. Namun, semua ada batasnya.

Salam Lestari!

Post a Comment