Cara Nestlé Menangani Masalah Sampah Plastik di Indonesia

Table of Contents

Cara-Nestlé-Menangani-Masalah-Sampah-Plastik-di-Indonesia

Greenpeace menyebut Nestle sebagai produsen plastik terbesar dunia. Plastik-plastik dari produk mereka telah membuat polusi tanah dan lautan. Nestle juga dianggap kurang memberi perhatian untuk mengatasi masalah limbah plastik yang mereka buat.

Menanggapi hal ini, Nestle lantas bereaksi dengan membuat institut penelitian untuk mengembangkan kemasan yang lebih ramah lingkungan. Kemasan ini nantinya akan digunakan untuk produk-produk mereka sekaligus mengurangi limbah plastik. Dengan demikian, Nestle menangani masalah ini dengan tangannya sendiri ketimbang mengandalkan pemasoknya.

"Terdapat nama kami dari tiap kemasan (plastik), jadi kami ingin berperan aktif untuk mencari solusinya," kata Kepala Eksekutif Nestle Mark Schneider.

Apa Nestlé terhadap hasil temuan Greenpeace terkait sampah plastik di Indonesia?

Kami memiliki ambisi yang sama dengan Greenpeace, yaitu untuk meniadakan pembuangan sampah plastik di lingkungan sekitar kita, terutama di sungai dan laut.

Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk menjalankan program-program lingkungan dan tanpanya dalam kegiatan operasional kami sebagai upaya kami untuk dapat membantu mengurangi sampah / limbah dan mengoptimalkan kemungkinan untuk mengolah kembali, menggunakan kembali dan mendaur ulang.

Di Nestlé Indonesia, tahun ini kami juga telah memulai upaya untuk mengoptimalkan plastik pembungkus yang digunakan pada produk akhir kami, dan upaya ini telah berhasil mengurangi penggunaan shrink film berbahan plastik 13% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kami memahami bahwa plastik memiliki peran penting untuk dapat mendistribusikan makanan dan minuman kepada para konsumen dengan aman. Kami percaya bahwa dengan pendekatan yang tepat, kami akan dapat menggunakan jenis kemasan yang menjaga keamanan produk-produk kami, dan pada saat bersamaan memastikan bahwa kemasan tersebut dapat dikumpulkan atau didaur ulang tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. 

Nestlé Indonesia mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam mengelola sampah / limbah dan kemasan produk kami. 

Oleh karena itu, kami secara terus-menerus mencari berbagai cara untuk menemukan alternatif untuk kemasan yang dapat memastikan keamanan makanan tanpa tujuan kami di bidang lingkungan, untuk mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang (reduce, reuse, recycle).

Apa yang sudah dilakukan oleh Nestlé Indonesia untuk membantu menangani masalah kemasan sampah?

Di Nestlé Indonesia, kami telah menjalankan beberapa inisiatif untuk dapat mengurangi bobot kemasan, baik yang digunakan langsung pada produk akhir maupun yang digunakan dalam proses distribusi produk. 

Sejak 2014, kami berupaya mengurangi ketebalan kaleng untuk kemasan produk susu kental manis dan Nestlé BEAR BRAND, yang telah membantu mengurangi bobot kemasan kaleng sebanyak 745 ton setiap tahunnya. Selain itu, tahun ini kami juga telah mulai mengurangi lebar label yang digunakan pada kemasan produk susu kental manis, yang diperkirakan akan mengurangi penggunaan bahan kertas untuk label sebanyak 2%, atau sekitar 6,5 ton per tahun.

Untuk kemasan produk berbahan karton, kami telah menggunakan bahan hasil daur ulang untuk seluruh produk kami sejak 2014. Seluruh kemasan produk akhir kami yang berbahan karton telah dilengkapi dengan logo FSC, yang berarti bahwa kemasan tersebut terbuat dari bahan baku yang berasal dari hutan yang dikelola secara tanggung jawab. 

Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan seluruh upaya ini dan terus mengurangi bobot kemasan yang kami gunakan untuk produk-produk kami, baik yang berbahan kaleng, kertas maupun plastik. 

Pembuat cokelat batangan KitKat dan kopi instan Nescafe telah berjanji untuk membuat kemasannya 100 persen dapat didaur ulang atau digunakan kembali pada tahun 2025. Hal inilah yang menjadi salah satu area fokus institut baru Nestle di Lausanne, Swiss barat.

Apa saja upaya yang telah dilakukan oleh Nestlé Indonesia untuk mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah?

Komitmen dan upaya kami terkait sampah tidak berhenti pada pengoptimalan kemasan. Di lingkungan sekitar pabrik kami di Cikupa, kami memberdayakan masyarakat sekitar untuk dapat mengelola sendiri sampah mereka. bekerja sama dengan PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) setempat, kami memberikan pelatihan bagi para perempuan di lingkungan tersebut untuk mengubah sampah plastik menjadi karya seni dan kerajinan tangan. Hal ini mendukung mereka untuk menambah penghasilan keluarga, dan pada saat yang bersamaan, menjaga kesehatan lingkungan.

Kami juga mengumumkan ambisi kami untuk mencapai 'zero waste' di sepanjang rantai nilai, yang antara lain diwujudkan melalui program biogas bagi 27.000 peternak sapi perah di Jawa Timur yang memasok susu segar ke pabrik kami. Hingga saat ini, lebih dari 8.000 unit biogas telah dibangun. 

Di pabrik kami di Panjang, kami mengolah kembali limbah kopi menjadi bahan bakar alternatif dan bubur. Pada 2016, pembuangan limbah dari kegiatan operasional kami telah berkurang sebanyak 84% dibandingkan dengan 2010. Ambisi kami adalah untuk mencapai ‘zero waste’ untuk pembuangan limbah pada 2020.

Kami memahami bahwa upaya-upaya kami tidak dapat, dan tidak seharusnya, berhenti di sini. Untuk itu, kami juga aktif menjalankan berbagai inisiatif untuk terus mengurangi dampak lingkungan. Bersama lima perusahaan lain, Nestlé Indonesia membentuk PRAISE (Packaging and Recycling Alliance for Indonesia Sustainable Environment) untuk secara aktif mendorong implementasi sistem pengelolaan sampah kemasan yang menyeluruh, terintegrasi dan berkelanjutan.

Melalui aliansi ini, kami ingin: 

  • Meningkatkan kesadaran bahwa setiap pemangku kepentingan turut bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah secara terintegrasi dan berkelanjutan; 
  • Meningkatkan kapasitas anggota di bidang pengelolaan sampah melalui kajian, edukasi dan kemitraan; serta 
  • Melibatkan partisipasi kalangan pemerintah, swasta dan masyarakat luas untuk berperan aktif mengurangi dampak sampah kemasan terhadap lingkungan.

Kami berharap dapat terus membuat kemajuan melalui semua pemangku kepentingan, termasuk dari pihak pemerintah, lembaga masyarakat, mitra industri dan konsumen untuk meningkatkan penggunaan plastik yang bertanggung jawab di Indonesia.

Nestle juga mengatakan ingin mencapai emisi gas rumah kaca bersih pada tahun 2050.

Selain mencari kemasan alternatif, Nestle juga berusaha membuat jejak lingkungan lebih baik pada produk makanan dan minuman nabati mereka. Mereka juga membuat inisiatif penanaman pohon, perbaikan rantai pasokan susu, dan menggunakan 100 persen energi terbarukan.


Sumber: https://www.nestle.co.id/tanya-nestle/nestle-di-indonesia/lingkungan/greenpeace

Post a Comment