Hari Segitiga Terumbu Karang
Gunung Hutan - Hari Segitiga Terumbu Karang merupakan judul dari informasi kali ini.
Hari Segitiga Terumbu Karang akan Admin bagikan informasinya untuk Anda semua di kesempatan kali ini.
The Coral Triangle Day atau Hari Segitiga Karang adalah perayaan untuk coral triangle atau segitiga karang, pusat keberagaman hayati laut dunia, yang meliputi laut 6 negara di wilayah Pasifik Asia yaitu Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste. Perayaan ini tak hanya terbatas pada enam negara saja, tetapi juga negara lain yang menerima manfaat dari kekayaan sumber laut yang dimiliki coral triangle.
Segitiga Terumbu Karang adalah istilah geografis untuk perairan di Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste yang kaya akan terumbu karang.
Segitiga Terumbu Karang dijadikan oleh World Wildlife Fund sebagai salah satu dari prioritas utama konservasi kehidupan maritim yang diluncurkan pada tahun 2007.
Menurut WWF, Segitiga Terumbu Karang merupakan rumah dari 76% spesies terumbu karang dunia, memiliki 15 spesies karang endemik regional (spesies yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia), dan berbagi 41 spesies endemik regional dengan Asia.
Tidak hanya itu, di dalam kawasan Segitiga Terumbu Karang terdapat episentrum/pusat keanekaragaman terumbu karang yaitu di Semenanjung Doberai/ Bird’s Head Peninsula di Papua.
Kekayaan ini menyimpan 2.228 spesies ikan terumbu karang dari total 6.000 spesies ikan terumbu karang dunia.
Diantara enam negara yang menjadi pusat penyelamatan terumbu karang dunia bernama Coral Triangle Initiative, Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang yang harus dilindungi, yaitu sepanjang 80.791 kilometer.
Garis pantai ini bahkan jauh lebih panjang dibanding urutan kedua di negara yang termasuk dalam Coral Triangle Initiative (CTI) yaitu Filipina, yang hanya sepanjang 22.540 kilometer.
Segitiga Terumbu Karang meliputi wilayah lebih dari 6.500.000 km², dengan lebih dari 600 spesies terumbu karang dan meliputi 75% semua spesies terumbu karang yang ada di dunia.
Segitiga terumbu karang dunia atau Coral Triangle memiliki 30% dari seluruh jenis terumbu karang yang ada di dunia, 86% dari spesies penyu laut yang ada di dunia, 2.228 spesies ikan, dan lebih dari 500 spesies terumbu karang.
Segitiga terumbu karang dunia, memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia dan seringkali disebut sebagai “Pusat dari Keanekaragaman hayati dunia” oleh berbagai peneliti di seluruh dunia.
Lebih dari 3.000 spesies ikan tinggal di Segitiga Terumbu Karang, termasuk ikan terbesar hiu paus, dan fosil hidup coelacanth.
Segitiga terumbu karang adalah sebuah tempat perkembangbiakan berbagai spesies perairan di wilayah ini, di Indonesia saja ada 1650 spesies yang bergantung pada terumbu karang.
Lokasi ini juga memiliki 75% dari seluruh spesies mangrove atau bakau di seluruh dunia, dan 45% spesies rumput laut.
Dilindungi Deklarasi CTI-CFF
Hari Segitiga Terumbu Karang pertama kali diadakan pada tanggal 10 Juni 2012, sebagai interpretasi regional dari Hari Laut Sedunia.
Selama 8th Coral Triangle Initiative on Coral Reef, Fisheries and Food Security (kemitraan multilateral untuk menjaga sumber daya hayati laut dan pesisir Segitiga Terumbu Karang).
Pertemuan Pejabat Senior, negara-negara anggota menyatakan untuk menetapkan Hari Segitiga Terumbu Karang yang akan diadakan setiap tahun.
Sejak saat itu, secara bersamaan dirayakan oleh semua negara Segitiga Terumbu Karang setiap tahun.
Ini dirayakan melalui berbagai kegiatan termasuk tetapi tidak terbatas pada pembersihan pantai, makan malam dan pameran makanan laut yang berkelanjutan, bazaar, dan pesta pantai, antara lain.
Tujuannya adalah untuk membawa pesan konservasi laut di bawah bendera keseluruhan Hari Segitiga Terumbu Karang.
Interpretasi regional Hari Laut Sedunia ini diprakarsai untuk meningkatkan kesadaran tentang Segitiga Terumbu Karang sebagai kawasan eko-regional yang signifikan secara global, untuk menyoroti pentingnya lautan dalam kehidupan manusia dan kebutuhan untuk melindunginya; menyoroti pekerjaan konservasi yang dilakukan oleh pemerintah, mitra, dan berbagai kelompok pemangku kepentingan di kawasan ini untuk membantu melindungi Segitiga Terumbu Karang; dan memobilisasi jutaan pendukung untuk Segitiga Terumbu Karang. [Tertulis dalam dokumen keputusan pada Hari Segitiga Terumbu Karang].
Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon merupakan 6 negara yang dilalui Segitiga Terumbu Karang.
Disebut juga CT6, keenam negara ini tergabung dalam Inisiatif Segitiga Terumbu Karang (CTI-CFF) sejak tahun 2009 untuk mengatasi ancaman terhadap ekosistem laut, pesisir dan pulau-pulau kecil di kawasan Segitiga Terumbu Karang.
Cakupan kerja sama CTI-CFF termasuk manajemen bentang laut, manajemen perikanan, Kawasan Lindung Laut (MPA), perubahan iklim, dan spesies terancam punah. CTI-CFF saat ini dipimpin oleh Dr. Mohd Kushairi bin Mohd Rajuddin asal Malaysia.
Terdapat banyak gagasan yang berusaha menjelaskan kekayaan spesies laut di Segitiga Terumbu Karang.
Salah satunya menurut Blue Corner Conservation (2020) adalah banyaknya pulau dan celah dimana air laut mengalir menyediakan arus yang cocok untuk larva laut berpindah ke daerah yang lebih dangkal.
Ada juga penelitian yang mengatakan kompleksitas struktur terumbu karang di Segitiga Terumbu Karang menyediakan habitat bagi berbagai spesies.
Ada juga penelitian seputar fosil terumbu karang dan laju evolusi. Meskipun masih diteliti, dapat disepakati bahwa kondisi biotik dan abiotik kawasan ini ideal untuk menyokong kehidupan berbagai spesies laut.
Segitiga Terumbu Karang mendukung mata pencaharian dan ketahanan pangan, terutama bagi masyarakat pesisir. Segitiga Terumbu Karang juga menjadi rumah bagi sekitar 363 juta penduduk dan merupakan zona ekonomi eksklusif 6 negara.
Segitiga Terumbu Karang menyediakan tempat pemijahan dan pertumbuhan tuna, mendukung industri tuna senilai miliaran dolar dan memasok jutaan konsumen di seluruh dunia.
Sumber daya kelautan berkontribusi pada pertumbuhan industri pariwisata berbasis alam, bernilai lebih dari US $ 12 miliar setiap tahun (WWF, 2020).
Hutan Amazon di Lautan
Terumbu karang yang ada di lautan bisa diibaratkan sebagai wilayah hutan hujan jika itu berada di daratan. Sedangkan kawasan Segitiga Terumbu Karang juga dapat diibaratkan sebagai Hutan Amazon yang ada di lautan.
Indonesia terletak di dalam wilayah segitiga terumbu karang, yang memiliki keanekaragaman hayati terumbu karang terbesar di bumi.
Selama berabad abad, masyarakat pesisir di Indonesia telah memanfaatkan terumbu karang sebagai makanan dan mata pencaharian utama.
Namun, belakangan beberapa terakhir permintaan produk terumbu karang memicu tindakan eksploitasi, seperti praktik penangkapan ikan yang merusak serta penambangan karang, diluar itu polusi serta fenomena perubahan iklim secara global terus mengancam keberlangsungan terumbu karang di Indonesia.
Padahal, terumbu karang sendiri memiliki peranan dan fungsi yang beragam salah satunya sebagai pondasi untuk kehidupan di laut.
Saat ini, ekosistem pesisir dan laut di Segitiga Terumbu Karang berada di bawah ancaman yang signifikan dan meningkat oleh pemanasan, pengasaman, dan naiknya air laut. Terumbu karang telah mengalami pemutihan massal, yang mengancam akan merusak ekosistem penting. Lebih dari separuh terumbu karang berisiko tinggi terutama dari pembangunan pesisir, penangkapan ikan berlebihan , dan praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan. Karena sumber daya laut merupakan sumber pendapatan utama bagi penduduk, efek hilir dari hilangnya ekosistem pesisir yang kritis ini sangat besar.
Oleh karena peran yang luar biasa berkaitan dengan kehidupan laut, maka diperlukan upaya untuk melindungi kawasan tersebut.
Salah satu cara yang ditempuh adalah membuat kampanye khusus, yaitu Hari Segitiga Terumbu Karang Sedunia setiap tanggal 9 Juni.
Upaya Menjaga Segitiga Terumbu Karang
Tepat pada Hari Segitiga Terumbu Karang yang diperingati setiap 9 Juni, mari kita tanamkan dan implementasikan 5M dengan niat dan semangat untuk Menjaga, Melindungi, Merawat, Melestarikan, serta Mencintai Terumbu Karang khususnya segitiga terumbu karang yang ada pada wilayah perairan Indonesia.
Menurut identifikasi, perairan Indonesia adalah habitat bagi 354 spesies karang yang berasal dari 75 marga.
Sebagai warga Indonesia dan bagian dari masyarakat dunia, sudah menjadi kewajiban kita untuk turut serta menjaga dan melestarikan terumbu karang.
Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di Segitiga Terumbu Karang, menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang merupakan tanggung jawab kolektif kita semua.
Mari ikut berpartisipasi mendukung usaha semua pihak untuk memulihkan ekosistem terumbu karang yang rusak.
Sehingga, tidak ada lagi tindakan negatif seperti eksploitasi yang dapat mengancam ekosistem di laut, penangkapan ikan yang merusak, penambangan karang, polusi, serta perubahan iklim.
Menyadari kesulitan dalam menjaga pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan khususnya dalam terumbu karang, pada tahun 1998 pemerintah indonesia telah menginisiasi program rehabilitasi terumbu karang, yang dikenal saat ini dengan Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Coral Triangle Initiative (COREMAP – CTI) yang memiliki program jangka panjang & dirancang dalam 3 tahap yaitu tahap inisiasi, percepatan, dan pelembagaan.
Program jangka panjang perlindungan terumbu karang yang diinisiasi Pemerintah Indonesia ini dilakukan di 39 situs, 7 kota, 38 kabupaten, dan 16 provinsi.
Program khusus pelestarian Ekosistem Terumbu Karang melalui COREMAP telah memiliki andil dalam menciptakan lingkungan yang lestari khususnya di perairan untuk mendukung pengelolaan Terumbu Karang yang berkelanjutan.
Hal tersebut dapat terlihat berdasarkan hasil hasil riset yang ada seperti pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pesisir, kajian kebijakan kelautan Indonesia, pengelolaan wisata bahari, pengendalian pencemaran lingkungan pesisir dan laut, pengelolaan wilayah pulau-pulau kecil yang mandiri, adaptasi dan mitigasi bencana dan perubahan iklim, serta penguatan sistem dana dan informasi kelautan.
Tujuan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang-Prakarsa Segitiga Karang pada tahap selanjutnya adalah untuk melembagakan pendekatan tersebut sebagai suatu kerangka kerja yang berkelanjutan, terdesentralisasi dan terpadu untuk pengelolaan sumber daya terumbu karang, ekologi, dan keanekaragaman hayati terkait untuk kesejahteraan masyarakat sekitar.
Dari semua usaha dalam upaya menjaga segitiga terumbu karang tersebut, diharapkan akan memberikan pengaruh positif bagi berbagai lapisan kehidupan di lautan.
Semoga dapat bermanfaat dan terima kasih.
Salam Lestari!
Post a Comment