Emil Salim, Tokoh Lingkungan Indonesia

Table of Contents

Emil-Salim
Sumber: Wikipedia


Gunung Hutan - Selain menjadi seorang ekonom dan dosen, Emil merupakan salah satu tokoh penting dalam hal lingkungan

Masih bisa diingat, Emil adalah sosok yang mengusulkan didirikannya Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) (sekarang digabung dengan Kementrian Kehutanan menjadi KLHK). Dirinya juga dipercaya menjadi pimpinan atau menteri di KLH.

Emil mengatakan, Indonesia merupakan satu-satunya negara yang ada di khatulistiwa dengan 13.446 pulau, negara kepulauan atau archipelago, dan berada di dua samudera India dan pasifik, benua asia dan Australia membuat Indonesia unik.  

Karena itu kekayaan sumber daya alam serta keanekaragaman hayati Indonesia paling kaya didunia.


Meskipun sumber daya alam terkaya adalah Brazil, Tanzania dan Indonesia pada urutan ketiga, tapi Brazil dan Tanzania adalah benua, sedangkan Indonesia adalah kepulauan. 

Sehingga keunikan nya tidak bisa dijumpai di negara lain di dunia.


Latar Belakang

Emil Salim lahir di Lahat, Sumatera Selatan pada tanggal 8 Juni 1930. Putra dari pasangan Baay Salim dan Siti Syahzinan dari Nagari Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat dan merupakan keponakan dari Pahlawan Nasional Indonesia, Haji Agus Salim.

Ia merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Nama saudara-saudaranya adalah Hery Salim, Corry Salim, Ferdy Salim, Darry Salim, Toety Salim, dan Thaufick Salim.

Ketika masih kecil, Emil Salim bersama keluarganya pindah ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan. 

Alasannya karena saat itu sang ayah ditugaskan ke sana. Ketika Perang Dunia II terjadi, mereka kembali pindah ke Lahat.

Kedua orang tuanya memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupannya. 

Ibu Emil Salim memberikan landasan agama Islam yang kuat, sementara ayahnya mengajarkan tentang ilmu logika.

Sang ayah juga selalu mendorongnya untuk menjadi yang terbaik dalam setiap bidang yang digelutinya. 

“Kalau masuk perkumpulan usahakan menjadi pemimpinnya. Kalau jadi dosen jadilah guru besar. Kalau pegawai negeri jadilah menteri. Bukan untuk mendapat jabatan, tapi untuk mengukur kemampuan-mu yang tertinggi,” begitulah kata bijak dari ayah Emil Salim.

Ucapan tersebut juga bukan sekadar pesan kosong belaka. Sang ayah juga memberikan contoh dengan menjadi Walikota Palembang pada masa revolusi.

Dengan pesan yang selalu diajarkan oleh sang ayah, Emil Salim dan saudara-saudaranya pun tumbuh menjadi orang-orang yang memiliki jabatan penting di pekerjaan masing-masing. 

Hery memiliki pangkat Letnan Kolonel di TNI, Corry menjadi polisi, dan Ferdy menjadi Duta Besar Indonesia untuk Argentina, Mesir, dan Brunei Darussalam.

Kemudian kakak keempatnya, Darry mewakili Indonesia dalam perundingan perdagangan di Jenewa. 

Sementara itu, adik bungsunya Thaufick menjadi Duta Besar Indonesia untuk Tanzania.


Pendidikan

  • Frobel School, Banjarmasin, Kalimantan Selatan (1935–1936).
  • Europesche Lagere School, Banjarmasin (1936–1940), Lahat (1940–1942).
  • Dai Ichi Syo-Gakko, Palembang, Sumatra Selatan (1942–1944).
  • Sekolah Menengah Umum Pertama, Palembang (1945–1948).
  • SMAN 1 Bogor, Jawa Barat (1948–1951).
  • Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1951–1958).
  • University of California, Berkeley, Amerika Serikat, Department of Economics (1959-1964), (Master of Arts, 1962; Ph.D, 1964 dengan disertasi berjudul Institutional Structure and Economic Development).

Karir

  • Tim Penasihat Ekonomi Presiden (1966).
  • Anggota Tim Penasihat Menteri Tenaga Kerja (1967–1968).
  • Anggota Tim Teknis Badan Stabilitas Ekonomi (1967–1969).
  • Deputi Ketua Bappenas (1968–1971).
  • Dosen Seskoad dan Seskoal (1971–1973).
  • Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara merangkap Wakil Kepala Bappenas (1971–1973).
  • Menteri Perhubungan (Kabinet Pembangunan II 1973–1978).
  • Menteri Negara Urusan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (Kabinet Pembangunan III 1978–1983).
  • Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Kabinet Pembangunan IV-V 1983–1993).
  • Guru Besar FEUI (1983).
  • Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN–1999).
  • Anggota Dewan Penasihat Pemerintah RI dan Kepala Dewan Ekonomi Nasional (2000–2004).
  • Anggota Bidang Pengembangan Ilmu Ekonomi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia/ISEI (2006–2009).
  • Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (2007–2012).
  • Dewan Pertimbangan Presiden, Anggota Bidang Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan (2007–2010).
  • Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, merangkap Anggota Bidang Ekonomi dan Lingkungan Hidup (2010–2014).


Karya dan Penghargaan

Emil Salim merupakan salah seorang putra bangsa yang paling lama mengabdi dengan menjadi menteri dan beberapa jabatan lainnya. 

Ia menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 10 April 2007 dan pada 25 Januari 2010 dilantik kembali untuk periode kedua sekaligus menjadi ketuanya.

Sebelumnya ia beberapa kali menjabat sebagai menteri, antara lain Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara merangkap Wakil Kepala Bappenas (1971-1973), Menteri Perhubungan (Kabinet Pembangunan II 1973-1978), Menteri Negara Urusan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (Kabinet Pembangunan III 1978-1983) dan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Kabinet Pembangunan IV dan Kabinet Pembangunan V 1983-1993).

Emil Salim adalah tokoh paling senior yang menjabat di pemerintahan dan merupakan sedikit di antara tokoh tiga zaman yang masih aktif berkarier hingga saat ini.

Emil berpendapat bahwa bisnis perusahaan pasti mempengaruhi lingkungan. Ia berpesan, pengaruh untuk lingkungan harus lebih besar positifnya dari pada negatifnya.

Penghargaan yang pernah diterima oleh putra dari Baay Salim dan Siti Syahzinan dari Nagari Koto Gadang ini diantaranya Leader for the Living Planet Award dari World Wide Fund (WWF), suatu lembaga konservasi mandiri terbesar dan sangat berpengalaman di dunia.

Pada tahun 1973, penghargaan pertama yang didapatkan nya adalah Bintang Mahaputera Adipradana. 

Penghargaan tersebut merupakan tanda kehormatan tertinggi diberikan pada mereka yang berjasa dalam kemajuan, kesejahteraan, dan kebesaran bangsa juga negara.

Pada tahun 1990, ia mendapatkan penghargaan J. Paul Getty Award for Conservation Leadership. 

Penghargaan tersebut diberikan pada Emil atas upayanya dalam meningkatkan kepedulian rakyat Indonesia akan lingkungan.

Beliau mendapatkan dua penghargaan dalam bidang lingkungan hidup. Yaitu Zayed International Prize for the Environment dari pemerintah Uni Emirat Arab dan Blue Planet Prize ke-15 dari The Asahi Glass Foundation.

Emil dan koleganya pada tahun 1994 yaitu Koesnadi Hardjasoemantri, Ismid Hadad, Erna Witoelar, M.S. Kismadi, and Nono Anwar Makarim mendirikan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Yayasan KEHATI). 

Sebuah Organisasi Non Pemerintah (Non-Government Organization) yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan

Pada waktu itu Ia telah menyelesaikan jabatan sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kependudukan.

Pada sebuah wawancara yang dilakukannya dengan Eka Budianta, Emil menyatakan ada sebuah pekerjaan yang paling ia cintai dan akan selalu ia lakukan hingga akhir hayatnya, yaitu menjadi dosen Universitas Indonesia. 

Bahkan, pada tahun 1983, ia mendapatkan kehormatan ditunjuk sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI).


Demikianlah biografi singkat tentang Emil Salim, Tokoh Lingkungan Indonesia, semoga dapat menjadi panutan untuk kita semua dan semoga artikel ini dapat bermanfaat.

Terima Kasih.

Salam Lestari!


#dari berbagai sumber.

Post a Comment