Cagar Biosfer Rinjani - Lombok (2018)

Table of Contents

Cagar Biosfer


Gunung Hutan - Cagar Biosfer Rinjani - Lombok (2018) adalah judul dari artikel atau tulisan kali ini.

Cagar Biosfer Rinjani - Lombok (2018) yang pada kesempatan kali ini akan Admin bagikan informasi kepada Anda.

Untuk itu, silahkan Anda simak penjelasan singkatnya tentang Cagar Biosfer Rinjani - Lombok (2018) di bawah ini ya...

Cagar Biosfer Rinjani Lombok meliputi seluruh area pulau Lombok, NTB. 

Total area kawasan Cagar ini adalah 459.086,62 ha dengan rincian sebagai berikut: 

  • area inti: 41.330,00 Ha; 
  • zona penyangga 109.443,30 ha; dan 
  • area transisi 308.323,32 ha. 

Area inti adalah Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki kekhasan kawasan konservasi di kawasan pegunungan dan memiliki nilai ekologi, ekonomi dan sosial budaya yang tinggi. 

Kawasan zona penyangga dan area transisi berpotensi sebagai pusat produksi tanaman hortikultura (sayur mayur dan buah-buahan), palawija (padi, tanaman semusim) dan tanaman perkebunan (kopi, coklat); usaha peternakan (sapi perah, kambing, ayam, dan lain-lain). 

Berangkat dari keunikan dan keragaman ekosistem yang dimiliki, kawasan ini diajukan sebagai Cagar Biosfer. 

Proses pengajuan diawali dengan usulan Kepala Taman Nasional Gunung Rinjani dan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) kepada Komite Nasional Program MAB Indonesia dan LIPI. 

Usulan tersebut diikuti dengan kegiatan sosialisasi kepada para pihak kunci di kawasan tersebut terutama kepada pemerintah daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota dan masyarakat Pulau Lombok. 

Proses keseluruhan nominasi dipimpin langsung oleh Direktur Eksekutif Komite Nasional Program MAB Indonesia, LIPI yang dibantu oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Dinas Kehutanan Provinsi NTB, Bappeda Provinsi NTB dan para pihak lainnya.

UNESCO menetapkan kawasan ini sebagai Cagar Biosfer dalam Sidang ke-30 International Co-ordinating Council of the Man and the Biosphere Programme (ICC-MAB) UNESCO tahun 2018 di Palembang, bersamaan dengan penetapan Cagar Biosfer Betung Kerihun - Danau Sentarum. 

Dalam penilaian UNESCO, cagar yang diusulkan memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dengan berbagai tipe hutan vegetasi (yaitu vegetasi hutan sabana, hutan hujan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan). 

Sekitar 40% dari hutan di kawasan cagar biosfer Rinjani-Lombok yang diusulkan berada di hutan primer. 

Ciri-ciri flora dan fauna di wilayah cagar yang diusulkan mewakili bentuk spesies Asia dan Australia dengan tingkat endemisme yang tinggi, terhubung ke lokasi area dalam wilayah Wallacea. 

Kawasan penyangga dan kawasan transisi berpotensi menghasilkan tanaman hortikultura (sayuran dan buah-buahan), tanaman (padi, tanaman semusim) dan tanaman perkebunan (kopi, kakao), dan peternakan (susu, sapi, kambing, ayam dan lain-lain). 

Kegiatan pariwisata di daerah ini berangkat dari keindahan pemandangan alam Gunung Rinjani dan budaya Sasak masyarakat yang memiliki keunikan warisan budaya yang terus terjaga berabad-abad hingga hari ini.

Komite Penasihat memuji pihak berwenang Indonesia atas upaya mereka untuk memulihkan hutan terdegradasi. 

Tercatat bahwa cagar biosfer yang diusulkan adalah proyek percontohan untuk implementasi REDD (Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Hutan Degradasi) di Pulau Lombok. 

Pendapatan yang dihasilkan dari kompensasi karbon adalah direncanakan sebagai sumber pembiayaan berkelanjutan untuk cadangan.

Situs yang diusulkan memiliki Rencana Manajemen Terintegrasi awal. 


Cagar Biosfer
Gunung Rinjani - Lombok


Dalam hal ini, Komite mendorong pihak berwenang Indonesia untuk mengembangkan kebijakan dan tindakan khusus untuk dipromosikan dalam pembangunan berkelanjutan. 

Forum Koordinasi Pengelolaan Cagar Biosfer Rinjani-Lombok, didirikan oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat, berfungsi sebagai payung untuk mengkoordinasikan perkembangan cagar biosfer.

Komite Penasihat mencatat bahwa semua area yang dicakup oleh biosfer yang diusulkan cagar alam bersifat terestrial dan menyoroti tidak adanya ekosistem laut. 

Karena itu Komite mendorong otoritas untuk mempertimbangkan masuknya wilayah laut termasuk kawasan mangrove.

Demikian informasi di atas tentang Cagar Biosfer Rinjani - Lombok (2018) yang dapat Admin bagikan, semoga dapat bermanfaat.

Terima Kasih.

Salam Lestari!

Post a Comment